Saturday, June 17, 2017

Mahir Membaca PetunjukNya Dengan Shaum Yang Baik

"Mama kita harus ke atas!"
Kata anak 4 tahun sambil menunjuk petunjuk jalan di depannya.
Pikiran polos seorang anak yang masih kuat daya imajinasinya membuahkan konsep bahwa kita bisa bersepeda ke angkasa sesuai dengan arahan petunjuk jalan itu. Tapi pemahaman seorang dewasa membaca petunjuk itu diletakkan dalam konteks situasional, sehingga arahnya disesuaikan dengan medan jalan yang ada di depan mata.
Petunjuk Allah itu bertebaran dimana-mana di setiap saat dalam bentuk yang beragam. Dalam ayat pertama surat Al Baqarah dinyatakan ada tiga bentuk kitab yang berisi petunjuk yang masif. Alif-laam-miim, itulah kitab sebagai petunjuk (huda): kitab alam raya ciptaan sang Rabb, kitab Al Quran sebagai induk dari kitab suci lainnya dan kitab diri insan yang digambarkan dalam simbol "miim" - mirip gestur manusia dengan kepala dalam posisi bersujud.
Fungsi petunjuk adalah memberi arah agar tidak salah jalan. Kita betul-betul butuh mengerti petunjukNya dan diberi kekuatan untuk menjalaninya agar hidup tidak tersesat dan melakoni peran yang salah. Namun pada kenyataannya bahkan sekadar membaca petunjuk yang terhampar di depan mata pun tidak mudah. Persis seperti gambaran logika seorang anak usia 4 tahun membaca petunjuk jalan, konstruksi pemahaman beragama yang belum matang bisa menjadikan seseorang demikian "abrupt" dalam menjalankan hal yang ia pahami sebagai petunjuk. Sehingga seolah-olah Islam itu berwajah keras, kasar dan tidak mengasihi. Padahal Rasulullah Saw sang pembawa risalah adalah insan yang paling lembut dan pengasih di dunia juga kapasitas beliau adalah sebagai orang yang paling mengerti petunjuk Allah. Sekali lagi memang tidak mudah membaca petunjuk itu, karena ia tidak cukup dibaca oleh perangkat akal lahir sebagaimana dijelaskan dalam lanjutan ayat al Baqarah di atas ".....kitab itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa". Dan taqwa itu letaknya di hati (qalb) insan yang sudah dianugerahi nur iman.
Shaum adalah ibadah yang dipersembahkan untuk membangun ketaqwaan dalam diri, semoga dengan komponen taqwa itu kita bisa lebih mahir membaca petunjuk-Nya yang bertebaran di semesta raya, Al Quran dan di dalam diri. Karena kita butuh petunjukNya dalam menentukan sekian pilihan dan pertanyaan yang dipaparkan dalam kehidupan, apakah hendak pindah kantor atau ganti usaha? Apakah akan menerima atau menolak pinangannya? Baiknya dibeli atau tidak? Kuliah dimana yang berkah untuk masa depannya? Jawaban yang terbaik atas pertanyaan itu semua tentu ada di sisi Dia Yang mengirimkan semua pertanyaan itu pada manusia. Masih ada 8 hari tersisa waktu di bulan suci Ramadhan ini, bulan jamuan Sang Pencipta bagi mereka yang membutuhkan arahan hidup dari-Nya. Semoga shaum kita tahun ini membuahkan ketaqwaan yang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Cirinya? Kita bisa lebih paham petunjuk yang Dia bentangkan di depan mata. Insya Allah.



No comments:

Post a Comment